Lezat Dagingnya, Mantap Labanya
Foto by; shutterstock |
Daging bakar alias steik (steak) kini termasuk santapan favorit
masyarakat. Lihat saja warung-warung steik yang tak pernah sepi
diserbu pembeli. Rasa yang enak dan gurih membuat hidangan ini cepat
mendapat tempat.
Tak heran, bila bisnis makanan steik semakin marak. Terbukti, rumah makan, kafe atau restoran yang menawarkan steik kini makin menjamur. Meski sudah disesaki banyak pemain, toh pebisnis yang mengusung menu steik terus bertambah.
Salah satu pebisnis steik adalah pasangan suami isteri Ronny Wazier dan Early Riza Marini. Mereka menjalankan usaha Steak Kiloan sejak awal tahun 2011 di Duren Sawit, Jakarta Timur. Sejak akhir tahun lalu, pasangan ini menawarkan kemitraan.
Mereka mencoba mengembangkan usaha steik dengan mengusung slogan "sensasi makan steik nikmat namun hemat". Untuk menghasilkan citarasa steik yang enak disantap, mereka mengandalkan suplai daging standar internasional dari Indoguna Meat Shop. "Sementara bumbunya kami pakai citarasa lokal," kata Early Riza Marini, pemilik Steak Kiloan.
Soal harga, Steak Kiloan membanderol Rp 18.000 untuk steik daging lokal per 100 gram. Sementara steik daging impor Rp 24.000 per 100 gram. "Harga sudah termasuk kentang, sayuran dan teh manis. Dengan harga sebesar itu, kami menyasar segmen menengah bawah," ujar wanita yang akrab disapa Rini tersebut. Sebagai pendatang baru, Rini optimistis mampu bersaing dengan warung steik yang telah lebih dulu bercokol.
Steak Kiloan menawarkan paket investasi sekitar Rp 150 juta kepada calon mitranya. Tawaran kemitraan ini tidak memungut royalti fee. Dengan membayar investasi sebesar itu, mitra akan memperoleh peralatan membuka warung steik serta kerjasama selama lima tahun. "Investasi ini belum termasuk sewa tempat," tuturnya.
Rini menjanjikan, mitra bisa meraih omzet sekitar Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per hari. Syaratnya, lokasi berjualan harus strategis. Dengan mengantongi omzet sebesar itu, mitra bakal balik modal selama kurun waktu enam bulan dengan keuntungan minimal 20 persen. "Kami menyarankan lokasi yang dipilih mitra, hendaknya ada kompetitor steik yang lain guna membuktikan bahwa lokasi itu strategis untuk berjualan steik," ucapnya.
Rini mengklaim, kini sudah ada 18 calon mitra yang tertarik bergabung. Ia menargetkan, sampai akhir tahun ini memiliki 20 cabang kemitraan. "Saat ini kami baru memiliki satu cabang dan akan menambah dua lagi, nah sisanya milik mitra," paparnya.
Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting mengatakan, sebagai pemain baru, sebaiknya Steak Kiloan memperbanyak cabang sendiri dulu. Dengan begitu, calon mitra bisa mendapatkan gambaran nyata tentang prospek usaha Steak Kiloan ini. “Perlu dua atau tiga cabang dulu, kalau berhasil silakan dimitrakan," ujarnya.
Dus, ia juga menilai, balik modal yang dijanjikan dalam waktu enam bulan, itu baru asumsi. "Itu belum bisa dibuktikan," ujarnya. (Fahriyadi, Eka Saputra/Kontan)
Tak heran, bila bisnis makanan steik semakin marak. Terbukti, rumah makan, kafe atau restoran yang menawarkan steik kini makin menjamur. Meski sudah disesaki banyak pemain, toh pebisnis yang mengusung menu steik terus bertambah.
Salah satu pebisnis steik adalah pasangan suami isteri Ronny Wazier dan Early Riza Marini. Mereka menjalankan usaha Steak Kiloan sejak awal tahun 2011 di Duren Sawit, Jakarta Timur. Sejak akhir tahun lalu, pasangan ini menawarkan kemitraan.
Mereka mencoba mengembangkan usaha steik dengan mengusung slogan "sensasi makan steik nikmat namun hemat". Untuk menghasilkan citarasa steik yang enak disantap, mereka mengandalkan suplai daging standar internasional dari Indoguna Meat Shop. "Sementara bumbunya kami pakai citarasa lokal," kata Early Riza Marini, pemilik Steak Kiloan.
Soal harga, Steak Kiloan membanderol Rp 18.000 untuk steik daging lokal per 100 gram. Sementara steik daging impor Rp 24.000 per 100 gram. "Harga sudah termasuk kentang, sayuran dan teh manis. Dengan harga sebesar itu, kami menyasar segmen menengah bawah," ujar wanita yang akrab disapa Rini tersebut. Sebagai pendatang baru, Rini optimistis mampu bersaing dengan warung steik yang telah lebih dulu bercokol.
Steak Kiloan menawarkan paket investasi sekitar Rp 150 juta kepada calon mitranya. Tawaran kemitraan ini tidak memungut royalti fee. Dengan membayar investasi sebesar itu, mitra akan memperoleh peralatan membuka warung steik serta kerjasama selama lima tahun. "Investasi ini belum termasuk sewa tempat," tuturnya.
Rini menjanjikan, mitra bisa meraih omzet sekitar Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per hari. Syaratnya, lokasi berjualan harus strategis. Dengan mengantongi omzet sebesar itu, mitra bakal balik modal selama kurun waktu enam bulan dengan keuntungan minimal 20 persen. "Kami menyarankan lokasi yang dipilih mitra, hendaknya ada kompetitor steik yang lain guna membuktikan bahwa lokasi itu strategis untuk berjualan steik," ucapnya.
Rini mengklaim, kini sudah ada 18 calon mitra yang tertarik bergabung. Ia menargetkan, sampai akhir tahun ini memiliki 20 cabang kemitraan. "Saat ini kami baru memiliki satu cabang dan akan menambah dua lagi, nah sisanya milik mitra," paparnya.
Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting mengatakan, sebagai pemain baru, sebaiknya Steak Kiloan memperbanyak cabang sendiri dulu. Dengan begitu, calon mitra bisa mendapatkan gambaran nyata tentang prospek usaha Steak Kiloan ini. “Perlu dua atau tiga cabang dulu, kalau berhasil silakan dimitrakan," ujarnya.
Dus, ia juga menilai, balik modal yang dijanjikan dalam waktu enam bulan, itu baru asumsi. "Itu belum bisa dibuktikan," ujarnya. (Fahriyadi, Eka Saputra/Kontan)
Posting Komentar