Berbisnis dengan Inovasi dan Doa ala Anindya Bakrie
Bisnis Grup Bakrie di sektor telematika dan penyiaran pada awalnya
sempat berjalan tertatih-tatih. ANTV, salah satu perusahaan di usaha
konglomerasi ini bahkan sempat terjatuh dalam arus utang dan nyaris
pailit sehingga terpaksa masuk program penundaan kewajiban pembayaran
utang (PKPU). Perusahaan lain yakni PT Bakrie Telecom juga bernasib
mirip.
Namun, sejak Anindya Novyan Bakrie duduk sebagai direktur utama PT Bakrie Telecom dan juga komisaris utama ANTV, kinerja perusahaan berangsur membaik.
Kepada Bisnis, pria penyuka ilmu sejarah tersebut menuturkan tentang kiat bisnisnya serta keputusan-keputusan sulit yang harus diambilnya. Berikut petikan wawancaranya:
Banyak perusahaan yang tergabung dalam Grup Bakrie merugi namun ketika Anda tangani Kinerja perusahaan tersebut langsung meroket, sebut saja ANTV, Bakrie Telecom. Strategi apa yang Anda lakukan?
Keberhasilan tersebut merupakan bagian dari proses yang telah berjalan selama 15 tahun terakhir setelah krisis 1997.
Grup Bakrie telah berkiprah 69 tahun dan telah mengalami jatuh bangun. Seperti halnya Indonesia, dari 1997 sampai sekarang, Indonesia telah melalui proses ekonomi dan politik khususnya melalui serangkaian demokratisasi, deregulasi perekonomian dan desentralisasi. Grup Bakrie pun mengalami hal serupa, kami telah melalui proses transformasi, profesionalisasi, kaderisasi dan internasionalisasi. Pada generasi kedua dan ketiga kami telah mulai melakukan institusionalisasi atau profesionalisasi kewirausahaan. Ini juga merupakan bagian dari strategi tersebut.
Perlu diingat bahwa kaderisasi yang saya maksud di sini bukan kaderisasi perusahaan keluarga ala tradisional, lebih berdasarkan profesionalisme.
Apa keputusan tersulit yang pernah Anda ambil ketika menjadi pemimpin?
Mengambil keputusan sulit selalu dihadapi setiap pemimpin, kuncinya adalah bagaimana melakukan yang terbaik dan bertanggung jawab terhadap hasil. Yang paling berbahaya adalah ketika pemimpin yang mendelegasikan semua tugasnya dan ketika sesuatu tidak berjalan lancar, dia tidak mengambil tanggung jawab tersebut.
Saya memiliki banyak pengalaman di mana saya harus mengambil keputusan yang sulit salah satunya adalah ketika ANTV harus memasuki PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Dengan melalui proses ini bukan berarti bahwa perusahaan akan ditutup tapi kami harus mengadakan negosiasi dengan seluruh kreditur di pengadilan niaga. Hasilnya hanya ada dua pilihan, disetujui atau tidak.
Jika tidak ya, berarti bangkrut atau likuidasi. Ini merupakan sebuah keputusan besar, walaupun kami yakin tetapi risikonya juga besar. Dalam proses ini, pertanggungjawaban kita diuji. Mengajukan hal ini ke Pengadilan Niaga berarti kita serius untuk melakukan restrukturisasi dan menempati janji. Bukan melihat ke belakang, mencari reasoning dan excuses tapi mencari results dan accountability ini adalah landasan kepercayaan. Alhamdulilah, perusahaan menjadi sehat.
Menurut Anda apa kunci dari kebangkitan ANTV?
Sama seperti unit bisnis lain, saya selalu menerapkan prinsip 4 P yaitu purpose, passion, professionalism dan pray. Penerapan prinsip Purpose atau tujuan hampir sama di setiap perusahaan, apapun yang kita lakukan harus jelas maksud visi dan misi. Tidak hanya sekadar mencari untung.
Dalam kasus ANTV, purpose-nya adalah untuk memberikan hiburan dengan penyajian yang berkelas internasional, pada Bakrie Telecom, purpose-nya adalah agar warga Indonesia bisa menelepon dan mengirim SMS tanpa terbebani.
Kedua adalah Passion atau kecintaan dalam melalukan seluruh kegiatan bisnis. Kita harus memiliki passion dalam membangun sesuatu. Industri yang kami bangun merupakan real sector yang value added dan ini tentunya membutuhkan passion. Ketiga, profesionalisme itu penting. Sebagai pemimpin kita harus menyadari apa kekuatan dan kelemahan kita dan kemudian membentuk tim untuk memperkuat perusahaan serta memberikan otoritas yang akuntabel kepada mereka. Dan yang terakhir ketika semuanya sudah dilakukan, ya berdoa saja.
Dalam keadaan sulit, bagaimana Anda membangkitkan motivasi manajemen, staf dan karyawan?
Membangkitkan motivasi penting dalam membalikkan keadaan. Kita harus mampu menjelaskan pada mereka mengenai purpose dan passion karena jika hanya membicarakan keuangan hal ini tidak akan terlalu memotivasi. Purpose dan passion harus mengena, harus sampai ke individu.
Kedua, pemimpin harus memberi contoh. Saya salah satu orang yang memberikan contoh untuk bekerja keras. Saya yakin segala sesuatu tidak ada yang instan, tidak ada shortcut, kita harus work hard dan work smart. Ketiga, memberikan insentif yang disejajarkan dengan kemampuan perusahaan [aligning interest].
Selain kesibukan Anda dalam menjalankan perusahaan, Anda memiliki banyak kegiatan di luar, bagaimana mengatur agar seluruh kegiatan berjalan dengan lancar?
Mengenai sukses, saya percaya orang bisa sukses kalau banyak mencoba lagi ketika gagal. We succeed because we try again when we fail. Yang terpenting adalah jangan membuat kesalahan yang sama dua kali. Manajemen waktu dan manajemen mindset juga merupakan hal yang sangat penting. Dalam setiap hal yang kita lakukan, kita harus melakukan yang terbaik, berharap yang terbaik dan harus siap bahwa semua tidak akan selalu berhasil. Kita juga harus pasrah. Pasrah bukan berarti tidak bekerja, pasrah berarti siap dengan kondisi yang sepenuhnya tidak diharapkan.
Pernahkah Anda mengambil keputusan yang keliru? Keputusan apakah itu dan bagaimana dampaknya?
Ceritanya sedikit memanjang ke beberapa tahun yang lalu saat saya berusia 12-13 tahun. Dari kecil sudah suka usaha, ketika sekolah di luar negeri saya mulai berbisnis kaos sablon dan menghasilkan. Sebelumnya saya melakukan bisnis sampul buku. Bisnis yang saya tekuni lancar terus sampai suatu saat saya rugi karena mencoba bisnis yang belum saya mengerti. Saat itu saya jualan tiket konser band Level 42, saya terlalu agresif. Saya bayar dulu baru jual walhasil tidak laku.
Tabungan selama ini langsung habis. Ini pelajaran bahwa dalam membuat keputusan kita harus bertanggung jawab dan rugi itu tidak enak. Jadi, keputusan selalu saja ada yang tidak enak, yang penting lakukan yang terbaik setelah mendengar berbagai masukkan. Be responsible, kalau belum berhasil jangan cari alasan tapi justru cari jalan untuk bangkit dan gunakan ini sebagai bagian dari pengalaman. Biasanya investor selalu lebih memilih orang yang terbuka dengan keberhasilan dan kegagalan mereka.
Saat krisis 1998 dan 2008, langkah apa yang Anda ambil untuk keluar dari krisis?
Pertama, kami harus terbuka dengan karyawan dan manajemen mengenai pandangan terhadap perekonomian dunia, Indonesia dan perusahaan agar mereka mengerti di mana posisi kita. Hal ini dapat membuat mereka merasa terbangkitkan, kembali lagi, mereka harus mengerti purpose dan passion perusahaan. Karena dalam masa krisis semangat tidak boleh hilang. Yang menarik, personil-personil terbaik datang dalam masa krisis. Saya juga bingung. Mereka beralasan bahwa merasa bisa belajar berbisnis justru dalam situasi krisis tersebut. Ada tantangan.
Setelah memberikan gambaran, kita harus fokus pada hal yang penting. Ketiga, sangat penting untuk menjalin komunikasi dan terbuka dengan stakeholder lainnya dan mereka sangat menghargai hal ini.
Jika ada perbedaan pendapat di antara staf, direktur karyawan bagaimana Anda mengatasi hal ini?
Intinya pemimpin harus mendengarkan berbagai pendapat. Syukur-syukur jika terbentuk konsensus. Yang dituju adalah keputusan yang dianggap benar oleh pemimpin tapi yang harus didukung oleh seluruh pihak. Kita harus mendengarkan dulu jika tidak bisa dicapai konsensus, maka pemimpin harus mengambil keputusan dan meminta seluruh pihak untuk mendukung.
Suka dan tidak suka itu proses. Yang paling berbahaya adalah membuat keputusan hanya untuk memastikan semua orang senang. Ini berbahaya karena bisa saja ini hanya merupakan euphoria sementara dan secara tak sadar kita berada di tepi jurang.
Apakah saat ini Anda merasa sudah sukses?
Ada satu tugas pemimpin yang lebih penting yaitu menyiapkan kader. Karena jika ingin menjadikan grup bisnis yang lebih besar seluruh personil yang terlibat harus “naik kelas.” Semua orang yang bekerja pasti menginginkan sebuah tantangan yang selalu bertambah. Mereka menginginkan aktualisasi diri, bukan hanya materi. Di tempat yang saya lakukan, konsep “naik kelas” atau kaderisasi ini selalu berjalan. Konsep “One man show” tidak bagus.
Tantangan yang dihadapi oleh generasi ketiga Bakrie sepertinya lebih sulit, bagaimana mengatasi hal ini?
Satu yang selalu ditekankan, kita semua harus menjaga kesatuan karena tanpa kesatuan kita akan sulit untuk maju terus. Kedua, masing-masing harus diberikan ruang untuk berkreasi agar mempunyai jati diri sehingga kepemimpinan dan kebersamaan yang dicapai bukan yang berdasarkan pada senioritas tapi berdasarkan kontribusi. Kontribusi apa yang bisa diberikan oleh generasi ketiga bagi kesatuan dan kemajuan, kesejahteraan bisnis serta dapat memberikan manfaat apa pada publik.
Sebelum berkarier di Grup Bakrie, apakah harus berkarier di luar Grup Bakrie terlebih dahulu?
Tidak ada kewajiban tapi banyak yang memilih seperti itu. Pada dasanya kita bisa belajar dari sistem orang lain kemudian sistem yang bagus bisa diterapkan di sini.
Bagaimana Anda mempersepsikan pelanggan dan pesaing?
Singkatnya pelanggan yang bayar gaji kami dan pesaing yang membuat gaji kami lebih besar. Mereka bagian dari ekosistem perekonomian. Saya merasa pelanggan adalah segalanya. Kami harus memberikan mereka kepuasan dari waktu ke waktu supaya mereka senang dengan produk dan pelayanan kami. Pesaing juga penting karena mereka membuat kami lebih maju. Dalam skala yang lebih luas, kompetitor bisa menjadi bagian dari sukses kami untuk memperluas lahan. Contohnya, dulu ANTV dan TV One fokus pada general entertainment. Kemudian TV One baru diperbesar cakupanya menjadi news dan sports. Tanpa kompetitior kami tidak akan terpikir untuk memperluas lahan.
Kami bukan hanya mencapai market share tapi untuk membuat market share itu sendiri.
Bagaimana dengan rencana korporasi dalam beberapa waktu mendatang?
Pertama saya akan bicara mengenai industri telematika, saya melihat bahwa Indonesia tidak boleh menjadi tukang jahit tapi harus menjadi designer. Singkatnya Indonesia tidak bisa hanya menjadi pangsa pasar, kita harus membuat industri yang harus ada value added. Telematika harus menjadi industri yang bisa menjadi enabler atau pemberdaya. Menariknya Indonesia memiliki kemampuan membeli [consumption habit] dan kepekaan teknologi pada saat yang bersamaan. Dan ini berbeda dengan di luar negeri. Artinya telematika diterima oleh seluruh kalangan.
Kami ingin fokus pada unit usaha service provider, infrastruktur, devices dan content khususnya user generated content. Untuk devices walaupun kami belum membentuk perusahaan, kami telah bekerja sama dengan vendor untuk produksi device. Saya ingin juga membantu pengusaha di bidang ini untuk bisa maju melalui program Nusantara Incubation Fund. Program ini bertujuan untuk membantu wirausaha dan merupakan pemerataan dari wealth creation.
Saya melihat akan terjadi konsolidasi kira-kira dalam satu setengah tahun karena tidak semua perusahaan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Saya juga melihat bahwa seluruh pemain telekomunikasi pada akhirnya harus memutuskan akan bermain di sektor mana. Saya rasa jumlah operator telekomunikasi akan mengkerucut.
Apa yang Anda persiapkan menjelang pensiun dan apa yang akan Anda lakukan jika pensiun?
Saya selalu ingin meningkatkan daya saing Indonesia, khususnya adalah sumber daya manusia. Saya melihat hal ini bisa dilakukan di beberapa bidang yaitu di pelatihan dan kewirausahaan. Seperti diketahui saya sudah menjalankan Bakrie Foundation yang sudah bekerja sama dengan 13 universitas. Ini bukan siasat bisnis dan bagi penerima bantuan Bakrie Foundation. Tidak ada keharusan untuk bekerja dengan Grup Bakrie.
Saya juga ingin sekali memperkuat sekolah kejuruan di Indonesia serta memberikan motivasi untuk menjadi pengusaha.
Bagaimana menyeimbangkan bisnis dan keluarga?
Kalau tidak bisa memberikan kuantitas, kita harus memberikan kualitas. Kita harus mengerti mereka dan kesukaan dan minat mereka. Saya suka menghabiskan waktu dengan anak saya agar mereka bisa belajar sejarah. Kalau waktu bisa diulang saya ingin sekali mempelajari bidang ilmu Sejarah. Saya ingin menjadi sejarawan.
Siapa orang yang berperan dalam karier Anda?
Kakek, Paman, Bapak dan istri. Orang di sekeliling saya banyak yang berperan. Saya juga menyukai beberapa tokoh nasional dan internasional. Saya suka mempelajari pengalaman mereka, bagaimana mereka ke luar dari masalah, bagaimana mereka bisa maju dan membagi waktu.
Tokoh yang menginspirasi Anda?
Di bidang bisnis dalam konteks dunia, Bill Gates karena dia membuat industri yang memiliki value added, saya juga menyukai Presiden AS Barrack Obama dan Presiden pertama Indonesia Soekarno.
Apa obsesi Anda yang belum tercapai?
Saya ingin sekali punya waktu untuk belajar bahasa China, bahasa Jawa dan sejarah. Belajar Bahasa China karena China akan memiliki peranan penting dan kaya akan budaya. Bahasa Jawa karena ibu saya orang Jawa. Seaktu kecil saya bercita-cita untuk menjadi pilot karena saya suka membawa penumpang dan bisa menekan banyak tombol.
Namun, sejak Anindya Novyan Bakrie duduk sebagai direktur utama PT Bakrie Telecom dan juga komisaris utama ANTV, kinerja perusahaan berangsur membaik.
Kepada Bisnis, pria penyuka ilmu sejarah tersebut menuturkan tentang kiat bisnisnya serta keputusan-keputusan sulit yang harus diambilnya. Berikut petikan wawancaranya:
Banyak perusahaan yang tergabung dalam Grup Bakrie merugi namun ketika Anda tangani Kinerja perusahaan tersebut langsung meroket, sebut saja ANTV, Bakrie Telecom. Strategi apa yang Anda lakukan?
Keberhasilan tersebut merupakan bagian dari proses yang telah berjalan selama 15 tahun terakhir setelah krisis 1997.
Grup Bakrie telah berkiprah 69 tahun dan telah mengalami jatuh bangun. Seperti halnya Indonesia, dari 1997 sampai sekarang, Indonesia telah melalui proses ekonomi dan politik khususnya melalui serangkaian demokratisasi, deregulasi perekonomian dan desentralisasi. Grup Bakrie pun mengalami hal serupa, kami telah melalui proses transformasi, profesionalisasi, kaderisasi dan internasionalisasi. Pada generasi kedua dan ketiga kami telah mulai melakukan institusionalisasi atau profesionalisasi kewirausahaan. Ini juga merupakan bagian dari strategi tersebut.
Perlu diingat bahwa kaderisasi yang saya maksud di sini bukan kaderisasi perusahaan keluarga ala tradisional, lebih berdasarkan profesionalisme.
Apa keputusan tersulit yang pernah Anda ambil ketika menjadi pemimpin?
Mengambil keputusan sulit selalu dihadapi setiap pemimpin, kuncinya adalah bagaimana melakukan yang terbaik dan bertanggung jawab terhadap hasil. Yang paling berbahaya adalah ketika pemimpin yang mendelegasikan semua tugasnya dan ketika sesuatu tidak berjalan lancar, dia tidak mengambil tanggung jawab tersebut.
Saya memiliki banyak pengalaman di mana saya harus mengambil keputusan yang sulit salah satunya adalah ketika ANTV harus memasuki PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Dengan melalui proses ini bukan berarti bahwa perusahaan akan ditutup tapi kami harus mengadakan negosiasi dengan seluruh kreditur di pengadilan niaga. Hasilnya hanya ada dua pilihan, disetujui atau tidak.
Jika tidak ya, berarti bangkrut atau likuidasi. Ini merupakan sebuah keputusan besar, walaupun kami yakin tetapi risikonya juga besar. Dalam proses ini, pertanggungjawaban kita diuji. Mengajukan hal ini ke Pengadilan Niaga berarti kita serius untuk melakukan restrukturisasi dan menempati janji. Bukan melihat ke belakang, mencari reasoning dan excuses tapi mencari results dan accountability ini adalah landasan kepercayaan. Alhamdulilah, perusahaan menjadi sehat.
Menurut Anda apa kunci dari kebangkitan ANTV?
Sama seperti unit bisnis lain, saya selalu menerapkan prinsip 4 P yaitu purpose, passion, professionalism dan pray. Penerapan prinsip Purpose atau tujuan hampir sama di setiap perusahaan, apapun yang kita lakukan harus jelas maksud visi dan misi. Tidak hanya sekadar mencari untung.
Dalam kasus ANTV, purpose-nya adalah untuk memberikan hiburan dengan penyajian yang berkelas internasional, pada Bakrie Telecom, purpose-nya adalah agar warga Indonesia bisa menelepon dan mengirim SMS tanpa terbebani.
Kedua adalah Passion atau kecintaan dalam melalukan seluruh kegiatan bisnis. Kita harus memiliki passion dalam membangun sesuatu. Industri yang kami bangun merupakan real sector yang value added dan ini tentunya membutuhkan passion. Ketiga, profesionalisme itu penting. Sebagai pemimpin kita harus menyadari apa kekuatan dan kelemahan kita dan kemudian membentuk tim untuk memperkuat perusahaan serta memberikan otoritas yang akuntabel kepada mereka. Dan yang terakhir ketika semuanya sudah dilakukan, ya berdoa saja.
Dalam keadaan sulit, bagaimana Anda membangkitkan motivasi manajemen, staf dan karyawan?
Membangkitkan motivasi penting dalam membalikkan keadaan. Kita harus mampu menjelaskan pada mereka mengenai purpose dan passion karena jika hanya membicarakan keuangan hal ini tidak akan terlalu memotivasi. Purpose dan passion harus mengena, harus sampai ke individu.
Kedua, pemimpin harus memberi contoh. Saya salah satu orang yang memberikan contoh untuk bekerja keras. Saya yakin segala sesuatu tidak ada yang instan, tidak ada shortcut, kita harus work hard dan work smart. Ketiga, memberikan insentif yang disejajarkan dengan kemampuan perusahaan [aligning interest].
Selain kesibukan Anda dalam menjalankan perusahaan, Anda memiliki banyak kegiatan di luar, bagaimana mengatur agar seluruh kegiatan berjalan dengan lancar?
Mengenai sukses, saya percaya orang bisa sukses kalau banyak mencoba lagi ketika gagal. We succeed because we try again when we fail. Yang terpenting adalah jangan membuat kesalahan yang sama dua kali. Manajemen waktu dan manajemen mindset juga merupakan hal yang sangat penting. Dalam setiap hal yang kita lakukan, kita harus melakukan yang terbaik, berharap yang terbaik dan harus siap bahwa semua tidak akan selalu berhasil. Kita juga harus pasrah. Pasrah bukan berarti tidak bekerja, pasrah berarti siap dengan kondisi yang sepenuhnya tidak diharapkan.
Pernahkah Anda mengambil keputusan yang keliru? Keputusan apakah itu dan bagaimana dampaknya?
Ceritanya sedikit memanjang ke beberapa tahun yang lalu saat saya berusia 12-13 tahun. Dari kecil sudah suka usaha, ketika sekolah di luar negeri saya mulai berbisnis kaos sablon dan menghasilkan. Sebelumnya saya melakukan bisnis sampul buku. Bisnis yang saya tekuni lancar terus sampai suatu saat saya rugi karena mencoba bisnis yang belum saya mengerti. Saat itu saya jualan tiket konser band Level 42, saya terlalu agresif. Saya bayar dulu baru jual walhasil tidak laku.
Tabungan selama ini langsung habis. Ini pelajaran bahwa dalam membuat keputusan kita harus bertanggung jawab dan rugi itu tidak enak. Jadi, keputusan selalu saja ada yang tidak enak, yang penting lakukan yang terbaik setelah mendengar berbagai masukkan. Be responsible, kalau belum berhasil jangan cari alasan tapi justru cari jalan untuk bangkit dan gunakan ini sebagai bagian dari pengalaman. Biasanya investor selalu lebih memilih orang yang terbuka dengan keberhasilan dan kegagalan mereka.
Saat krisis 1998 dan 2008, langkah apa yang Anda ambil untuk keluar dari krisis?
Pertama, kami harus terbuka dengan karyawan dan manajemen mengenai pandangan terhadap perekonomian dunia, Indonesia dan perusahaan agar mereka mengerti di mana posisi kita. Hal ini dapat membuat mereka merasa terbangkitkan, kembali lagi, mereka harus mengerti purpose dan passion perusahaan. Karena dalam masa krisis semangat tidak boleh hilang. Yang menarik, personil-personil terbaik datang dalam masa krisis. Saya juga bingung. Mereka beralasan bahwa merasa bisa belajar berbisnis justru dalam situasi krisis tersebut. Ada tantangan.
Setelah memberikan gambaran, kita harus fokus pada hal yang penting. Ketiga, sangat penting untuk menjalin komunikasi dan terbuka dengan stakeholder lainnya dan mereka sangat menghargai hal ini.
Jika ada perbedaan pendapat di antara staf, direktur karyawan bagaimana Anda mengatasi hal ini?
Intinya pemimpin harus mendengarkan berbagai pendapat. Syukur-syukur jika terbentuk konsensus. Yang dituju adalah keputusan yang dianggap benar oleh pemimpin tapi yang harus didukung oleh seluruh pihak. Kita harus mendengarkan dulu jika tidak bisa dicapai konsensus, maka pemimpin harus mengambil keputusan dan meminta seluruh pihak untuk mendukung.
Suka dan tidak suka itu proses. Yang paling berbahaya adalah membuat keputusan hanya untuk memastikan semua orang senang. Ini berbahaya karena bisa saja ini hanya merupakan euphoria sementara dan secara tak sadar kita berada di tepi jurang.
Apakah saat ini Anda merasa sudah sukses?
Ada satu tugas pemimpin yang lebih penting yaitu menyiapkan kader. Karena jika ingin menjadikan grup bisnis yang lebih besar seluruh personil yang terlibat harus “naik kelas.” Semua orang yang bekerja pasti menginginkan sebuah tantangan yang selalu bertambah. Mereka menginginkan aktualisasi diri, bukan hanya materi. Di tempat yang saya lakukan, konsep “naik kelas” atau kaderisasi ini selalu berjalan. Konsep “One man show” tidak bagus.
Tantangan yang dihadapi oleh generasi ketiga Bakrie sepertinya lebih sulit, bagaimana mengatasi hal ini?
Satu yang selalu ditekankan, kita semua harus menjaga kesatuan karena tanpa kesatuan kita akan sulit untuk maju terus. Kedua, masing-masing harus diberikan ruang untuk berkreasi agar mempunyai jati diri sehingga kepemimpinan dan kebersamaan yang dicapai bukan yang berdasarkan pada senioritas tapi berdasarkan kontribusi. Kontribusi apa yang bisa diberikan oleh generasi ketiga bagi kesatuan dan kemajuan, kesejahteraan bisnis serta dapat memberikan manfaat apa pada publik.
Sebelum berkarier di Grup Bakrie, apakah harus berkarier di luar Grup Bakrie terlebih dahulu?
Tidak ada kewajiban tapi banyak yang memilih seperti itu. Pada dasanya kita bisa belajar dari sistem orang lain kemudian sistem yang bagus bisa diterapkan di sini.
Bagaimana Anda mempersepsikan pelanggan dan pesaing?
Singkatnya pelanggan yang bayar gaji kami dan pesaing yang membuat gaji kami lebih besar. Mereka bagian dari ekosistem perekonomian. Saya merasa pelanggan adalah segalanya. Kami harus memberikan mereka kepuasan dari waktu ke waktu supaya mereka senang dengan produk dan pelayanan kami. Pesaing juga penting karena mereka membuat kami lebih maju. Dalam skala yang lebih luas, kompetitor bisa menjadi bagian dari sukses kami untuk memperluas lahan. Contohnya, dulu ANTV dan TV One fokus pada general entertainment. Kemudian TV One baru diperbesar cakupanya menjadi news dan sports. Tanpa kompetitior kami tidak akan terpikir untuk memperluas lahan.
Kami bukan hanya mencapai market share tapi untuk membuat market share itu sendiri.
Bagaimana dengan rencana korporasi dalam beberapa waktu mendatang?
Pertama saya akan bicara mengenai industri telematika, saya melihat bahwa Indonesia tidak boleh menjadi tukang jahit tapi harus menjadi designer. Singkatnya Indonesia tidak bisa hanya menjadi pangsa pasar, kita harus membuat industri yang harus ada value added. Telematika harus menjadi industri yang bisa menjadi enabler atau pemberdaya. Menariknya Indonesia memiliki kemampuan membeli [consumption habit] dan kepekaan teknologi pada saat yang bersamaan. Dan ini berbeda dengan di luar negeri. Artinya telematika diterima oleh seluruh kalangan.
Kami ingin fokus pada unit usaha service provider, infrastruktur, devices dan content khususnya user generated content. Untuk devices walaupun kami belum membentuk perusahaan, kami telah bekerja sama dengan vendor untuk produksi device. Saya ingin juga membantu pengusaha di bidang ini untuk bisa maju melalui program Nusantara Incubation Fund. Program ini bertujuan untuk membantu wirausaha dan merupakan pemerataan dari wealth creation.
Saya melihat akan terjadi konsolidasi kira-kira dalam satu setengah tahun karena tidak semua perusahaan tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Saya juga melihat bahwa seluruh pemain telekomunikasi pada akhirnya harus memutuskan akan bermain di sektor mana. Saya rasa jumlah operator telekomunikasi akan mengkerucut.
Apa yang Anda persiapkan menjelang pensiun dan apa yang akan Anda lakukan jika pensiun?
Saya selalu ingin meningkatkan daya saing Indonesia, khususnya adalah sumber daya manusia. Saya melihat hal ini bisa dilakukan di beberapa bidang yaitu di pelatihan dan kewirausahaan. Seperti diketahui saya sudah menjalankan Bakrie Foundation yang sudah bekerja sama dengan 13 universitas. Ini bukan siasat bisnis dan bagi penerima bantuan Bakrie Foundation. Tidak ada keharusan untuk bekerja dengan Grup Bakrie.
Saya juga ingin sekali memperkuat sekolah kejuruan di Indonesia serta memberikan motivasi untuk menjadi pengusaha.
Bagaimana menyeimbangkan bisnis dan keluarga?
Kalau tidak bisa memberikan kuantitas, kita harus memberikan kualitas. Kita harus mengerti mereka dan kesukaan dan minat mereka. Saya suka menghabiskan waktu dengan anak saya agar mereka bisa belajar sejarah. Kalau waktu bisa diulang saya ingin sekali mempelajari bidang ilmu Sejarah. Saya ingin menjadi sejarawan.
Siapa orang yang berperan dalam karier Anda?
Kakek, Paman, Bapak dan istri. Orang di sekeliling saya banyak yang berperan. Saya juga menyukai beberapa tokoh nasional dan internasional. Saya suka mempelajari pengalaman mereka, bagaimana mereka ke luar dari masalah, bagaimana mereka bisa maju dan membagi waktu.
Tokoh yang menginspirasi Anda?
Di bidang bisnis dalam konteks dunia, Bill Gates karena dia membuat industri yang memiliki value added, saya juga menyukai Presiden AS Barrack Obama dan Presiden pertama Indonesia Soekarno.
Apa obsesi Anda yang belum tercapai?
Saya ingin sekali punya waktu untuk belajar bahasa China, bahasa Jawa dan sejarah. Belajar Bahasa China karena China akan memiliki peranan penting dan kaya akan budaya. Bahasa Jawa karena ibu saya orang Jawa. Seaktu kecil saya bercita-cita untuk menjadi pilot karena saya suka membawa penumpang dan bisa menekan banyak tombol.
Posting Komentar