Bisnis Grup Bakrie di sektor telematika dan penyiaran pada awalnya
sempat berjalan tertatih-tatih. ANTV, salah satu perusahaan di usaha
konglomerasi ini bahkan sempat terjatuh dalam arus utang dan nyaris
pailit sehingga terpaksa masuk program penundaan kewajiban pembayaran
utang (PKPU). Perusahaan lain yakni PT Bakrie Telecom juga bernasib
mirip.
Namun,
sejak Anindya Novyan Bakrie duduk sebagai direktur utama PT Bakrie
Telecom dan juga komisaris utama ANTV, kinerja perusahaan berangsur
membaik.
Kepada
Bisnis, pria
penyuka ilmu sejarah tersebut menuturkan tentang kiat bisnisnya serta
keputusan-keputusan sulit yang harus diambilnya. Berikut petikan
wawancaranya:
Banyak perusahaan yang tergabung dalam Grup Bakrie
merugi namun ketika Anda tangani Kinerja perusahaan tersebut langsung
meroket, sebut saja ANTV, Bakrie Telecom. Strategi apa yang Anda
lakukan?
Keberhasilan tersebut merupakan bagian dari proses yang telah berjalan selama 15 tahun terakhir setelah krisis 1997.
Grup
Bakrie telah berkiprah 69 tahun dan telah mengalami jatuh bangun.
Seperti halnya Indonesia, dari 1997 sampai sekarang, Indonesia telah
melalui proses ekonomi dan politik khususnya melalui serangkaian
demokratisasi, deregulasi perekonomian dan desentralisasi. Grup Bakrie
pun mengalami hal serupa, kami telah melalui proses transformasi,
profesionalisasi, kaderisasi dan internasionalisasi. Pada generasi kedua
dan ketiga kami telah mulai melakukan institusionalisasi atau
profesionalisasi kewirausahaan. Ini juga merupakan bagian dari strategi
tersebut.
Perlu diingat bahwa kaderisasi yang saya maksud di sini
bukan kaderisasi perusahaan keluarga ala tradisional, lebih berdasarkan
profesionalisme.
Apa keputusan tersulit yang pernah Anda ambil ketika menjadi pemimpin?Mengambil
keputusan sulit selalu dihadapi setiap pemimpin, kuncinya adalah
bagaimana melakukan yang terbaik dan bertanggung jawab terhadap hasil.
Yang paling berbahaya adalah ketika pemimpin yang mendelegasikan semua
tugasnya dan ketika sesuatu tidak berjalan lancar, dia tidak mengambil
tanggung jawab tersebut.
Saya memiliki banyak pengalaman di mana
saya harus mengambil keputusan yang sulit salah satunya adalah ketika
ANTV harus memasuki PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Dengan
melalui proses ini bukan berarti bahwa perusahaan akan ditutup tapi kami
harus mengadakan negosiasi dengan seluruh kreditur di pengadilan niaga.
Hasilnya hanya ada dua pilihan, disetujui atau tidak.
Jika tidak
ya, berarti bangkrut atau likuidasi. Ini merupakan sebuah keputusan
besar, walaupun kami yakin tetapi risikonya juga besar. Dalam proses
ini, pertanggungjawaban kita diuji. Mengajukan hal ini ke Pengadilan
Niaga berarti kita serius untuk melakukan restrukturisasi dan menempati
janji. Bukan melihat ke belakang, mencari reasoning dan excuses tapi
mencari results dan accountability ini adalah landasan kepercayaan.
Alhamdulilah, perusahaan menjadi sehat.
Menurut Anda apa kunci dari kebangkitan ANTV? Sama
seperti unit bisnis lain, saya selalu menerapkan prinsip 4 P yaitu
purpose, passion, professionalism dan pray. Penerapan prinsip Purpose
atau tujuan hampir sama di setiap perusahaan, apapun yang kita lakukan
harus jelas maksud visi dan misi. Tidak hanya sekadar mencari untung.
Dalam
kasus ANTV, purpose-nya adalah untuk memberikan hiburan dengan
penyajian yang berkelas internasional, pada Bakrie Telecom, purpose-nya
adalah agar warga Indonesia bisa menelepon dan mengirim SMS tanpa
terbebani.
Kedua adalah Passion atau kecintaan dalam melalukan
seluruh kegiatan bisnis. Kita harus memiliki passion dalam membangun
sesuatu. Industri yang kami bangun merupakan real sector yang value
added dan ini tentunya membutuhkan passion. Ketiga, profesionalisme itu
penting. Sebagai pemimpin kita harus menyadari apa kekuatan dan
kelemahan kita dan kemudian membentuk tim untuk memperkuat perusahaan
serta memberikan otoritas yang akuntabel kepada mereka. Dan yang
terakhir ketika semuanya sudah dilakukan, ya berdoa saja.
Dalam keadaan sulit, bagaimana Anda membangkitkan motivasi manajemen, staf dan karyawan?Membangkitkan
motivasi penting dalam membalikkan keadaan. Kita harus mampu
menjelaskan pada mereka mengenai purpose dan passion karena jika hanya
membicarakan keuangan hal ini tidak akan terlalu memotivasi. Purpose dan
passion harus mengena, harus sampai ke individu.
Kedua, pemimpin
harus memberi contoh. Saya salah satu orang yang memberikan contoh
untuk bekerja keras. Saya yakin segala sesuatu tidak ada yang instan,
tidak ada shortcut, kita harus work hard dan work smart. Ketiga,
memberikan insentif yang disejajarkan dengan kemampuan perusahaan
[aligning interest].
Selain
kesibukan Anda dalam menjalankan perusahaan, Anda memiliki banyak
kegiatan di luar, bagaimana mengatur agar seluruh kegiatan berjalan
dengan lancar?Mengenai sukses, saya percaya orang bisa
sukses kalau banyak mencoba lagi ketika gagal. We succeed because we try
again when we fail. Yang terpenting adalah jangan membuat kesalahan
yang sama dua kali. Manajemen waktu dan manajemen mindset juga merupakan
hal yang sangat penting. Dalam setiap hal yang kita lakukan, kita harus
melakukan yang terbaik, berharap yang terbaik dan harus siap bahwa
semua tidak akan selalu berhasil. Kita juga harus pasrah. Pasrah bukan
berarti tidak bekerja, pasrah berarti siap dengan kondisi yang
sepenuhnya tidak diharapkan.
Pernahkah Anda mengambil keputusan yang keliru? Keputusan apakah itu dan bagaimana dampaknya? Ceritanya
sedikit memanjang ke beberapa tahun yang lalu saat saya berusia 12-13
tahun. Dari kecil sudah suka usaha, ketika sekolah di luar negeri saya
mulai berbisnis kaos sablon dan menghasilkan. Sebelumnya saya melakukan
bisnis sampul buku. Bisnis yang saya tekuni lancar terus sampai suatu
saat saya rugi karena mencoba bisnis yang belum saya mengerti. Saat itu
saya jualan tiket konser band Level 42, saya terlalu agresif. Saya bayar
dulu baru jual walhasil tidak laku.
Tabungan selama ini
langsung habis. Ini pelajaran bahwa dalam membuat keputusan kita harus
bertanggung jawab dan rugi itu tidak enak. Jadi, keputusan selalu saja
ada yang tidak enak, yang penting lakukan yang terbaik setelah mendengar
berbagai masukkan. Be responsible, kalau belum berhasil jangan cari
alasan tapi justru cari jalan untuk bangkit dan gunakan ini sebagai
bagian dari pengalaman. Biasanya investor selalu lebih memilih orang
yang terbuka dengan keberhasilan dan kegagalan mereka.
Saat krisis 1998 dan 2008, langkah apa yang Anda ambil untuk keluar dari krisis?Pertama,
kami harus terbuka dengan karyawan dan manajemen mengenai pandangan
terhadap perekonomian dunia, Indonesia dan perusahaan agar mereka
mengerti di mana posisi kita. Hal ini dapat membuat mereka merasa
terbangkitkan, kembali lagi, mereka harus mengerti purpose dan passion
perusahaan. Karena dalam masa krisis semangat tidak boleh hilang. Yang
menarik, personil-personil terbaik datang dalam masa krisis. Saya juga
bingung. Mereka beralasan bahwa merasa bisa belajar berbisnis justru
dalam situasi krisis tersebut. Ada tantangan.
Setelah memberikan
gambaran, kita harus fokus pada hal yang penting. Ketiga, sangat penting
untuk menjalin komunikasi dan terbuka dengan stakeholder lainnya dan
mereka sangat menghargai hal ini.
Jika ada perbedaan pendapat di antara staf, direktur karyawan bagaimana Anda mengatasi hal ini?Intinya
pemimpin harus mendengarkan berbagai pendapat. Syukur-syukur jika
terbentuk konsensus. Yang dituju adalah keputusan yang dianggap benar
oleh pemimpin tapi yang harus didukung oleh seluruh pihak. Kita harus
mendengarkan dulu jika tidak bisa dicapai konsensus, maka pemimpin harus
mengambil keputusan dan meminta seluruh pihak untuk mendukung.
Suka
dan tidak suka itu proses. Yang paling berbahaya adalah membuat
keputusan hanya untuk memastikan semua orang senang. Ini berbahaya
karena bisa saja ini hanya merupakan euphoria sementara dan secara tak
sadar kita berada di tepi jurang.
Apakah saat ini Anda merasa sudah sukses?Ada
satu tugas pemimpin yang lebih penting yaitu menyiapkan kader. Karena
jika ingin menjadikan grup bisnis yang lebih besar seluruh personil yang
terlibat harus “naik kelas.” Semua orang yang bekerja pasti
menginginkan sebuah tantangan yang selalu bertambah. Mereka menginginkan
aktualisasi diri, bukan hanya materi. Di tempat yang saya lakukan,
konsep “naik kelas” atau kaderisasi ini selalu berjalan. Konsep “One
man show” tidak bagus.
Tantangan yang dihadapi oleh generasi ketiga Bakrie sepertinya lebih sulit, bagaimana mengatasi hal ini?Satu
yang selalu ditekankan, kita semua harus menjaga kesatuan karena tanpa
kesatuan kita akan sulit untuk maju terus. Kedua, masing-masing harus
diberikan ruang untuk berkreasi agar mempunyai jati diri sehingga
kepemimpinan dan kebersamaan yang dicapai bukan yang berdasarkan pada
senioritas tapi berdasarkan kontribusi. Kontribusi apa yang bisa
diberikan oleh generasi ketiga bagi kesatuan dan kemajuan, kesejahteraan
bisnis serta dapat memberikan manfaat apa pada publik.
Sebelum berkarier di Grup Bakrie, apakah harus berkarier di luar Grup Bakrie terlebih dahulu?Tidak
ada kewajiban tapi banyak yang memilih seperti itu. Pada dasanya kita
bisa belajar dari sistem orang lain kemudian sistem yang bagus bisa
diterapkan di sini.
Bagaimana Anda mempersepsikan pelanggan dan pesaing? Singkatnya
pelanggan yang bayar gaji kami dan pesaing yang membuat gaji kami lebih
besar. Mereka bagian dari ekosistem perekonomian. Saya merasa pelanggan
adalah segalanya. Kami harus memberikan mereka kepuasan dari waktu ke
waktu supaya mereka senang dengan produk dan pelayanan kami. Pesaing
juga penting karena mereka membuat kami lebih maju. Dalam skala yang
lebih luas, kompetitor bisa menjadi bagian dari sukses kami untuk
memperluas lahan. Contohnya, dulu ANTV dan TV One fokus pada general
entertainment. Kemudian TV One baru diperbesar cakupanya menjadi news
dan sports. Tanpa kompetitior kami tidak akan terpikir untuk memperluas
lahan.
Kami bukan hanya mencapai market share tapi untuk membuat market share itu sendiri.
Bagaimana dengan rencana korporasi dalam beberapa waktu mendatang?Pertama
saya akan bicara mengenai industri telematika, saya melihat bahwa
Indonesia tidak boleh menjadi tukang jahit tapi harus menjadi designer.
Singkatnya Indonesia tidak bisa hanya menjadi pangsa pasar, kita harus
membuat industri yang harus ada value added. Telematika harus menjadi
industri yang bisa menjadi enabler atau pemberdaya. Menariknya
Indonesia memiliki kemampuan membeli [consumption habit] dan kepekaan
teknologi pada saat yang bersamaan. Dan ini berbeda dengan di luar
negeri. Artinya telematika diterima oleh seluruh kalangan.
Kami
ingin fokus pada unit usaha service provider, infrastruktur, devices dan
content khususnya user generated content. Untuk devices walaupun kami
belum membentuk perusahaan, kami telah bekerja sama dengan vendor untuk
produksi device. Saya ingin juga membantu pengusaha di bidang ini untuk
bisa maju melalui program Nusantara Incubation Fund. Program ini
bertujuan untuk membantu wirausaha dan merupakan pemerataan dari wealth
creation.
Saya melihat akan terjadi konsolidasi kira-kira dalam
satu setengah tahun karena tidak semua perusahaan tidak bisa berdiri
sendiri-sendiri. Saya juga melihat bahwa seluruh pemain telekomunikasi
pada akhirnya harus memutuskan akan bermain di sektor mana. Saya rasa
jumlah operator telekomunikasi akan mengkerucut.
Apa yang Anda persiapkan menjelang pensiun dan apa yang akan Anda lakukan jika pensiun? Saya
selalu ingin meningkatkan daya saing Indonesia, khususnya adalah sumber
daya manusia. Saya melihat hal ini bisa dilakukan di beberapa bidang
yaitu di pelatihan dan kewirausahaan. Seperti diketahui saya sudah
menjalankan Bakrie Foundation yang sudah bekerja sama dengan 13
universitas. Ini bukan siasat bisnis dan bagi penerima bantuan Bakrie
Foundation. Tidak ada keharusan untuk bekerja dengan Grup Bakrie.
Saya juga ingin sekali memperkuat sekolah kejuruan di Indonesia serta memberikan motivasi untuk menjadi pengusaha.
Bagaimana menyeimbangkan bisnis dan keluarga? Kalau
tidak bisa memberikan kuantitas, kita harus memberikan kualitas. Kita
harus mengerti mereka dan kesukaan dan minat mereka. Saya suka
menghabiskan waktu dengan anak saya agar mereka bisa belajar sejarah.
Kalau waktu bisa diulang saya ingin sekali mempelajari bidang ilmu
Sejarah. Saya ingin menjadi sejarawan.
Siapa orang yang berperan dalam karier Anda?Kakek,
Paman, Bapak dan istri. Orang di sekeliling saya banyak yang berperan.
Saya juga menyukai beberapa tokoh nasional dan internasional. Saya suka
mempelajari pengalaman mereka, bagaimana mereka ke luar dari masalah,
bagaimana mereka bisa maju dan membagi waktu.
Tokoh yang menginspirasi Anda?Di
bidang bisnis dalam konteks dunia, Bill Gates karena dia membuat
industri yang memiliki value added, saya juga menyukai Presiden AS
Barrack Obama dan Presiden pertama Indonesia Soekarno.
Apa obsesi Anda yang belum tercapai? Saya
ingin sekali punya waktu untuk belajar bahasa China, bahasa Jawa dan
sejarah. Belajar Bahasa China karena China akan memiliki peranan penting
dan kaya akan budaya. Bahasa Jawa karena ibu saya orang Jawa. Seaktu
kecil saya bercita-cita untuk menjadi pilot karena saya suka membawa
penumpang dan bisa menekan banyak tombol.
|